Selasa, 07 Agustus 2012

Tersenyumlah dan Stres pun Mereda

 Logo 7 Agustus 2012

TERSENYUM tak hanya menggerakkan otot mata dan mulut. Namun senyuman berefek menurunkan denyut jantung saat Anda mengalami stres. Intinya, senyuman dapat meredakan stres.

"Lain kali jika Anda terjebak dalam kemacetan lalu lintas atau mengalami kejadian stres lainnya, cobalah memegang wajah kemudian tersenyum sejenak," kata peneliti Saran Pressman dari University of Kansas, Amerika Serikat.

Dalam studi yang dipublikasikan jurnal Psychological Science, Pressman menjelaskan tersenyum tidak hanya membantu psikologis seseorang, tetapi sebenarnya membantu meningkatkan kesehatan jantung.

Penelitian itu melibatkan relawan 169 mahasiswa. Mereka dilatih memegang sumpit dengan mulut mereka dan sumpit memaksanya tersenyum. Kemudian para peneliti melatih mereka baik dalam senyum mode standar di mana hanya mulut yang tersenyum dan senyuman 'Duchenne' yaitu tersenyum 'asli' dengan ekspresi netral yang membutuhkan gerakan otot-otot wajah.

Sementara sumpit di mulut mereka, para relawan melakukan rangkaian tugas yang dikategorikan memicu stres yaitu meletakkan tangan mereka di air berisi es. Hasilnya mereka yang dilatih tersenyum 'asli' detak jantungnya lebih stabil. (MI/RRN)

Memberi Maaf Menyehatkan Jantung

Logo 6 Agustus 2012

PENGHINAAN dan kejahatan pasti membuat kita sakit bahkan patah hati bila disimpan selama bertahun-tahun. Ketidakmampuan untuk melepaskan dan melupakan kenangan buruk dan negatif bisa mempengaruhi kesehatan jantung. Itu juga bisa mendorong kenaikan tekanan darah dan serangan stroke.

Fakta tersebut disimpulkan penelitian ahli di University of California, San Diego. Mereka melakukan penelitian mengenai luka lama secara emosional dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Penelitian melibatkan 200 partisipan. Mereka diminta membenamkan diri dalam kenangan dan menghidupkan kembali ke saat-saat mereka merasa diperlakukan tak adil dan merasa tersinggung.

Kemudian, peneliti meminta partisipan mengalihkan perhatian, lalu kembali mengingatkan kenangan mereka. Partisipan yang memaafkan pelaku dengan damai sebagai reaksi dari penelitian, ditunjukkan dengan sensor.

Detak jantung mereka tergolong baik. Tapi bagi mereka yang tidak atau belum memaafkan, sensor menunjukkan detak jantung yang tak teratur (palpitasi).

Menurut ilmuwan, episodik tinggi tekanan darah tidak bisa dikatakan berbahaya. Tapi, jika seseorang berada pada kondisi itu, akan meningkatkan risiko serangan jantung.(geniusbeauty/***)